Nonton balapan MotoGP di TV memang sangat mengasyikkan. Bagi para pemburu adrenalin di atas motor, menyaksikan para pembalap kelas dunia saling berpacu beradu teknik di lintasan adalah suatu kenikmatan tersendiri. Melihat teknik menikung mereka yang memiringkan tubuh saat melibas tikungan demi tikungan dengan kecepatan tinggi terasa seperti melihat tarian yang amat indah. Posisi badan para pembalap MotoGP saat menikung dengan kecepatan super tinggi, sambil bergelantungan disisi motor hingga lutut kaki dan siku tangan menyentuh lintasan benar-benar merupakan atraksi yang seru untuk dilihat.
Omong-omong tentang posisi tubuh dan teknik menikung para pembalap MotoGP, keren memang ya? Tapi, apakah mereka "lebay" biar terlihat keren saat difoto gitu? Kok gayanya hampir sama semua? Lihat sendiri kalo ga percaya. Mulai dari Marc Marquez dan Dani Pedrosa di atas Honda, Jorge Lorenzo dan Valentino Rossi di atas Yamaha, Nicky Hayden dengan Ducatti, dan para pembalap lainnya. Posisi badan dan teknik menikung mereka bisa dikatakan sama, dan serupa. Sampai-sampai, kita hampir tidak bisa mengenali mereka dari gaya dan teknik membalap selain dari kostum dan motor mereka.
Bukan lebbay atau sok keren
Di antara para rider MotoGP, Marc Marquez lah yang memiliki gaya paling ekstrim. Dialah yang paling sering menikung dengan siku tangan menyentuh aspal. Dan Marquez melakukannya bukan karena "lebay", sok keren, atau sedang pamer keahlian. Itulah teknik menikung yang sekarang sedang umum diterapkan oleh para pembalap MotoGp. Lalu apa alasan para pembalap MotoGP seperti kompak menerapkan teknik menikung dengan kecepatan tinggi seperti itu?
Sebenarnya, keamanan adalah alasan utama mereka menggunakan teknik menikung seperti itu, mari kita sebut saja teknik menikung roadrace. Teknik menikung roadrace memungkinkan mereka menaklukkan tikungan dengan lebih aman, dan yang lebih penting, dengan lebih cepat. Pengereman bisa ditunda, dan gas bisa dibuka lebih awal untuk berakselerasi saat keluar dari tikungan. Mengapa demikian? Dengan teknik menikung pembalap MotoGP yang bergelantungan di sisi motor, pengendara bisa mengurangi sudut kemiringan motor di saat menikung hingga sekecil mungkin. Semakin kecil sudut kemiringan motor berarti traksi atau daya cengkeram ban terhadap permukaan jalan tidak jauh berkurang. Kinerja suspensi motor juga tidak terlalu terpengaruh.Pada umumnya, apalagi jika memakai ban type standard atau yang biasa kita jumpai di pasaran, bukan ban khusus balap, semakin besar kemiringan motor maka luas bidang kontak ban dengan permukaan aspal akan menjadi semakin kecil, dan daya cengkeram ban terhadap aspal juga semakin berkurang. Hanya ban-ban tertentu saja yang memiliki bidang kontak dengan permukaan jalan yang semakin luas saat sudut kemiringan semakin bertambah. Tapi dengan adanya gaya sentrifugal yang cenderung mendorong motor ke arah luar tikungan, kemiringan yang besar tetap saja menjadikan motor tetap rawan terhadap resiko tergelincir. Hal ini berarti semakin besar pula peluang terjadinya kesalahan atau hal yang tidak diinginkan terlebih lagi di saat berkendara di aspal yang basah.
Mengapa Teknik Menikung Pembalap MotoGP Efektif?
Gelindingkanlah sebuah koin di atas permukaan datar. Koin tersebut akan bergerak lurus saat menggelinding dengan posisi tegak lurus. Pada saat kecepatannya semakin berkurang dan posisi koin mulai miring, koin tersebut akan mulai bergerak secara melingkar atau berbelok sesuai dengan arah kemiringannya meskipun koin tersebut tidak memiliki kemudi untuk berbelok. Penyebabnya adalah kemiringan koin menyebabkan titik beban bergeser dan mendorong koin untuk berbelok.
Mari kita anggap, pada kecepatan 60 kpj, kita harus memiringkan motor dengan sudut kemiringan 45 derajat saat melalui sebuah tikungan tertentu dengan posisi tubuh tegak lurus di atas motor. Dengan menggunakan teknik menikung roadrace ala pembalap MotoGP, yaitu dengan menggeser posisi tubuh ke arah dalam tikungan, kita akan mampu melalui tikungan tersebut dengan kecepatan yang sama, tapi dengan sudut kemiringan motor yang lebih kecil daripada 45 derajat, misalkan menjadi 35 derajat. Atau agar bisa melaju dengan lebih cepat, kita bisa memiringkan motor hingga mencapai sudut kemiringan yang sama, yaitu 45 derajat, tapi dengan kecepatan yang lebih tinggi, misal 70 kpj.Semakin kecil kemiringan motor, bidang kontak ban dengan permukaan jalan semakin besar dan ban tidak terlalu banyak kehilangan daya cengkeramnya terhadap permukaan jalan. Andaikan kita tiba-tiba harus berganti arah, kita dengan cepat bisa mengembalikan posisi tubuh dan mengurangi sudut kemiringan motor tanpa harus mengalami banyak masalah. Disamping itu, titik pusat gravitasi akan menjadi lebih rendah dan membuat teknik menikung roadrace ini menjadi lebih aman daripada tetap duduk tegak di atas motor.
Teknik menikung roadrace ala pembalap MotoGP di era modern bisa dilakukan dengan cara menggeser separuh pantat ke sisi sadel, lalu jatuhkan atau miringkan tubuh, yakni bagian perut dan dada serta kepala hingga posisinya sejajar dengan jalan. Akan tetapi, jika kita lihat ke belakang, sejarah ternyata membuktikan hal yang berbeda.