Wednesday, October 25, 2017

Lariti, "Sleeping Beauty" di Ujung Timur Pulau Sumbawa

Jauh di ujung timur pulau Sumbawa, tepatnya di Desa Soro, Lambu, Sape, Bima, terdapat sebuah pantai yang masih alami. Masyarakat sekitar menyebutnya dengan nama "pantai Lariti". Ibarat seorang putri yang sedang terlelap dalam tidurnya, Pantai Lariti menyimpan pesona tersendiri yang belum pernah diketahui kebanyakan orang.

Pantai Lariti bisa dibilang merupakan obyek wisata baru di Sape, Bima. Bisa dimaklumi jika banyak yang masih belum mengetahuinya. Kami pun sebenarnya baru tahu tentang Pantai Lariti dari teman-teman bikers Bima yang super ramah, seperti Mas Dimas dari JUMOC, dkk, yang kami temui malam sebelumnya. Sambil menunjukkan foto pantai Lariti, mereka merekomendasikan pantai tersebut sebagai tempat untuk mampir saat berada di Sape pada penghujung tahun 2015 yang lalu.

Apa yang menjadi daya tarik pantai Lariti adalah adanya "jalan" berpasir menuju ke sebuah pulau kecil beberapa ratus meter dari pantai yang hanya muncul saat air laut sedang surut. Jalan itu sebenarnya merupakan bagian dasar laut yang permukaannya agak tinggi dari lainnya, sehingga tidak terendam air laut saat surut dan membentuk sebuah "jalur" menuju ke pulau, yang setelah kami cek di peta, disebut Nisa Pualiman. Layaknya pulau terpencil di negeri dongeng, Nusa Pualiman bisa dicapai dengan berjalan kaki melalui jalan setapak yang hanya muncul saat air surut.

Letak pantai Lariti yang terpencil, serta masih buruknya kualitas jalan sebagai akses menuju ke pantai, membuat si "Putri Tidur" belum banyak dikenal orang. Kebanyakan penduduk sekitar yang menjadi tempat kami bertanya justru menunjukkan pantai yang selama ini mereka kenal. Walhasil, kami pun sempat kesasar menyusuri garis pantai selama beberapa kilometer sebelum akhirnya menemukan "jalan yang benar" menuju pantai tersebut.

Dari jalan beraspal, nuansa adventure mulai terasa saat perjalanan harus ditempuh melalui jalan makadam dengan bebatuan kapur & pecahan koral. Beberapa kilometer kemudian, terdapat ruas jalan kecil tapi beraspal yang berliku-liku naik-turun menembus daerah perbukitan gersang. Setelah beberapa saat, garis pantai mulai tampak dari atas perbukitan. Pemandangan dari atas bukit cukup menawan dengan latar belakang laut dan kepulauan di perairan Selat Sape yang memisahkan pulau Sumbawa dengan pulau Komodo. Setelah itu, jalan makadam kembali menanti, bahkan kali ini lebih ekstrim dari yang pertama karena sebagian berupa jalanan pasir yang digenangi air di sana-sini.

Pantai Lariti akhirnya bisa kami capai setelah melalui medan yang cukup menantang. Kami cukup beruntung tiba di sana saat air laut sedang surut. Jalan pasir berwarna coklat muda terhampar menuju ke pulau kecil Nisa Pualiman. Dari kejauhan, tampak beberapa orang beraktivitas di dekat pulau tersebut. Tapi jangan sampai tergoda untuk membawa motor kita melintasi jalan itu, Kawan. Ingat, sejatinya itu adalah dasar laut, yang terdiri dari pasir dan tidak memungkinkan untuk dilewati dengan motor. Si Rebel yang memaksa ingin berpose di tepi pantai pun terjerembab saat "kaki-kakinya" terjebak di pasir yang cukup dalam. Mungkin dia ingin mencoba rasaya jatuh di pasir empuk yang ternyata memang cukup mengasyikkan juga. Hehehe.

Itulah sekilas tentang Pantai Lariti di Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat, dengan "jalan" uniknya menuju pulau kecil bernama Nisa Pualiman. Akan jauh lebih baik jika akses menuju lokasi tersebut diperbaiki, serta fasilitas lainnya untuk menunjang pariwisata diperbaiki oleh pemerintah setempat, agar potensi wisata yang ada bisa dimanfaatkan secara maksimal. Pemerintah setempat juga bisa bekerja sama dengan para bikers untuk ikut secara aktif mempromosikan potensi-potensi daerah yang ada.

Terima kasih sebesar-besarnya buat para bikers Bima yang telah mengkondisikan kami, dan memberikan informasi yang sangat berharga. Kalian memang terbaik.

Kalembo Ade, sampai kita berjumpa lagi.


Rest di perbukitan menuju Lariti


Di puncak bukit menghadap ke pulau Nisa Pasir Putih di Selat Sape


Petunjuk arah ke pantai dengan pulau Nisa Pualiman di latar belakang


Gerbang menuju pulau Nisa Pualiman


kAMI sudah di sini. Kamu kapan?