Monday, February 1, 2016

Menjelajah Lombok dan Sumbawa dalam 9 Hari - Part 2

Sabtu 26 Desember 2015, merupakan hari terakhir buat Bro Budi untuk bisa menikmati keindahan pulau Lombok. Pagi itu, kami diantar oleh bro Cahyo dan Rikan menuju pantai Kuta di Lombok Tengah. Keindahan pantai itu benar-benar memukau. Menurut saya pribadi, itulah salah satu dari pantai terindah yang pernah saya kunjungi. Hamparan pasir putih membatasi laut dengan gradasi warna yang sangat indah mulai dari hijau, biru muda, hingga biru tua di teluk yang tenang, merupakan tempat yang tepat untuk berfoto-ria mengabadikan keindahan alam. Tak hanya kami yang narsis, motor kami, si Rebel dan si Putih, juga ga mau kalah ikut-ikutan narsis :D

Rebel di pantai Kutta, Lombok

Pulang dari pantai Kuta, kami menyempatkan diri untuk berhenti di Desa Sasak, Sade, di Rembitan. Disitu kami bisa melihat secara langsung rumah adat asli Lombok yang tersusun dari dedaunan. Konon, untuk menghindari masuknya ular atau binatang lainnya, suku Sasak membersihkan lantai rumahnya dengan menggunakan kotoran sapi. Anehnya, bau tidak sedap dari kotoran sapi sama sekali tidak tercium.

Sabtu sore, duet si Rebel dan si Putih kali ini harus berakhir. SI Putih harus ikut majikannya kembali ke Jawa karena hari Senin sudah harus masuk kerja. Sedangkan si Rebel kayaknya masih ingin ngeluyur. Hari itu juga saya memutuskan untuk melanjutkan "solo" riding ke pulau Sumbawa, terdorong oleh rasa penasaran mencicipi aspal pulau Sumbawa.

Sabtu malam, pukul 22.00 wita, si Rebel untuk pertama kalinya menjejakkan rodanya di aspal pulau Sumbawa. Hujan turun cukup deras saat itu, hingga kami terpaksa berhenti di emper sebuah bangunan untuk memasang jas hujan. Sensasi berkendara di tengah hutan menjelang tengah malam bukan pertama kali itu kami rasakan. Akan tetapi, berbagai macam pikiran yang bersumber dari kebutaan kami terhadap medan cukup mengganggu kami waktu itu. Ditambah dengan hujan yang cukup lebat, dengan diselingi petir sesekali, membuat kami merasa tengah berakting di sebuah film horror. Sesuai rekomendasi Masbro Cahyo H-Mer, kami akhirnya bisa bertemu Bang Ames yang kebetulan sedang pulkam dan beristirahat di tempatnya di daerah Utan malam itu. Alhamdulillah, kami merasa seperti "diselamatkan" waktu itu. :D

Minggu 27 Desember 2015, seusai sarapan, kami dan keluarga Bang Ames harus berpisah. Bang Ames harus kembali ke Lombok, dan kami harus melanjutkan perjalanan menuju Bima. Atas saran Bang Ames, kami diharuskan menunggu selama beberapa saat setelah dia pergi. Menurut mitos setempat, jika dua orang hendak pergi menuju arah yang berlawanan, sebaiknya tidak dilakukan dalam waktu bersamaan. Karena itu, akhirnya saya memutuskan untuk berangkat sekitar 1 jam setelah keberangkatan Bang Ames.


Pukul 8.30 wita, si Rebel kembali menapakkan rodanya di aspal jalur lintas Sumbawa. Kami menemukan nuansa yang jauh berbeda daripada yang kami dapatkan malam sebelumnya. Jalanan yang mulus, dengan lalu lintas yang bisa dibilang sepi, berliku-liku menyusuri pantai dan menembus pebukitan, benar-benar merupakan surga bagi para riders. Tidak ada yang menjadi batasan bagi para riders di sini selain batas kemampuan serta daya tahan motor dan dirinya sendiri.

Kira-kira pukul 09.30, kami sampai di Sumbawa Besar. Ketika mendapati sebuah Apotik dengan beberapa tempat duduk di depannya yang tampak seperti tempat rehat yang ideal, saya memutuskan untuk rehat sejenak. Sambil beristirahat, saya mencoba mengkontak Bang Irwan Summers, untuk sekedar ngopi bersama. Beberapa kali saya telpon tetapi tidak ada jawaban. Sembari berpikir kemungkinan besar Bang Irwan masih tidur sehabis begadang Malam Mingguan, sayapun melanjutkan perjalanan menuju Bima.


Bersama Bro Budi, Bro Cahyo, & Bro Rikan (H-Mer Lombok) di Desa Sasak, Sade, Lombok

Rehat sejenak di depan Kantor Bupati Sumbawa

No comments:

Post a Comment